Panduan Budidaya Udang Vaname secara Tradisional

Bagaimana cara membudidayakan udang vaname secara tradisional? Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah udang air payau yang berasal dari Pantai Pasifik Barat, Amerika Selatan. Udang ini baru diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 2001. Sejak saat itu, pamor udang putih ini semakin populer untuk dibudidayakan.

Dibandingkan dengan jenis udang air tawar yang lain, udang vaname mempunyai beberapa keunggulan. Di antaranya tingkat pertumbuhannya lebih cepat, dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, daya tahan hidupnya tinggi, serta memiliki target pasar yang luas. Kabar baiknya, udang vaname ternyata bisa dipelihara dengan metode tradisional.

budidaya-udang-vaname-tradisional.jpg

Simak langkah-langkah membudidayakan udang vaname berikut ini :

Langkah I. Persiapan Tambak

Tambak yang akan digunakan sebagai media pemeliharaan perlu disiapkan terlebih dahulu agar layak digunakan. Caranya dilakukan dengan mengeringkan tambak, lalu membiarkannya selama beberapa hari sampai tanahnya mengalami keretakan. Fungsi dari pengeringan ini adalah memberantas hama dan bibit penyakit yang terdapat di dalam tambak.

Setelah itu, tanah di dalam tambak dibalik menggunakan traktor untuk menggemburkannya. Kemudian tanah diberikan kapur bakar (CaO) sebanyak 1000 kg/hektar dan kapur pertanian sebanyak 320 kg/hektar untuk memperbaiki kualitas tanah dan air. Barulah kemudian tambak tersebut diisi kembali dengan air hingga sebatas mata kaki orang dewasa. Selang tiga hari setelahnya, tambak ditaburi dengan pupuk kandang sebanyak 2000 kg/hektar dan pupuk urea sebanyak 150 kg/hektar.

Pengisian air ke tambak dilakukan setelah tambak sudah benar-benar layak untuk digunakan memelihara udang vaname. Proses ini dikerjakan secara bertahap selama 2-3 minggu hingga tambak terisi penuh dengan air. Usahakan ketinggian air di tambak pembesaran ini lebih tinggi atau sama dengan 1 meter.

Langkah II. Penebaran Benih

Penebaran benih udang vaname dilakukan setelah plankton sudah tumbuh sempurna di dalam tambak. Ciri-cirinya yaitu air di tambak tersebut berwarna hijau pekat. Anda bisa menggunakan benih udang vaname yang berasal dari varietas PL-10 hingga PL-12 karena terbukti mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti bobotnya seragam, bebas patogen, organ insangnya sudah sempurna, tubuhnya terlihat jelas, dan mampu berenang melawan arus.

Sebelum dilakukan penebaran benih, ada baiknya benih tersebut diberi perlakuan aklimatisasi terlebih dahulu. Adapun caranya yaitu kantung plastik yang menjadi wadah benih udang vaname diapungkan ke dalam air selama 10-15 menit. Lalu bukalah bagian tali pengikatnya dan biarkan kantung tersebut tetap berada di atas tambak selama 15-20 menit. Berikutnya kantung tersebut dimiringkan secara perlahan-lahan dan biarkan benih-benih udang berenang keluar dari kantung menuju ke tambak.

Tingkat kepadatan udang vaname yang dibudidayakan menggunakan teknik tradisional tidak boleh terlalu tinggi mengingat ketersediaan pakan alami yang terbatas. Adapun tingkat kepadatan yang disarankan ialah 2-5 ekor/m2. Hal ini berbeda dengan pola pembudidayaan secara semi-tradisional yang mengandalkan pakan tambahan, tingkat kepadatan benih bisa mencapai 8-10 ekor/m2.

Langkah III. Perawatan Udang

Pemeliharaan udang vaname yang paling utama ialah kontrol terhadap kualitas air. Sejumlah parameter yang perlu diperhatikan untuk menjaga kelayakan air di antaranya suhu, pH, salinitas, kandungan oksigen, dan kedalaman air. Sedangkan untuk menjaga kestabilan jumlah pakan yang terkandung di dalam air perlu dilakukan pemupukan susulan menggunakan pupuk urea dan pupuk SP-36 sebanyak 5 hingga 10 persen dari pupuk dasar.

Pada hari ke-70, jumlah persediaan pakan alami berupa plankton akan semakin menipis. Jika Anda ingin melanjutkan pembesaran udang vaname, mau tidak mau dibutuhkan pakan tambahan untuk mendukung pertumbuhannya. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 5-20 persen dari biomassa, di mana frekuensi pemberiannya dilakukan setiap 3 kali per hari.

Guna menjaga kualitas air di dalam tambak, penggantian air juga harus dilakukan. Penggantian air dilaksanakan pertama pada waktu usia udang sudah mencapai 30 hari, di mana volume air yang diganti hanya sekitar 10 persen. Setelah itu, penggantian air dilakukan sebanyak 15-20 persen setiap seminggu sekali hingga umur udang kurang lebih 60 hari. Sejak usia tersebut, upaya penggantian air diubah menjadi penambahan air yang berkurang karena penguapan atau tanggul tambak yang rembes.

Komentar