Bagaimana cara membudidayakan keong sawah tutut? Keong sawah (Pila ampullacea) adalah siput air dalam famili Ampullariidae yang biasa hidup di perairan tawar seperti sawah, sungai, dan danau. Di Indonesia, hewan yang bercangkang ini sering disebut juga sebagai tutut, siput sawah, atau keong gondang.
Keong sawah berbeda dengan keong mas atau siput murbai (Pomacea canalicuta). Perbedaan keduanya terletak pada warna cangkang, di mana keong sawah memiliki cangkang berwarna hitam legam sampai hitam kehijauan. Sedangkan cangkang keong mas berwarna hitam keemasan. Jika dimasak, rasa daging keong sawah juga lebih sedap dibandingkan dengan keong mas.
Budidaya keong sawah biasanya bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar akan daging hewan bercangkang ini. Di beberapa daerah, keong sawah biasa dinikmati sebagi lauk-pauk. Bahkan daging binatang ini juga dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan dan mengobati penyakit liver. Beberapa peternak pun kerap menggunakan keong sawah sebagai salah satu bahan campuran untuk membuat pakan ternak.
Bagi Anda yang merasa penasaran ingin membudidayakan keong sawah, simak panduan berikut ini!
Tahap 1. Mempersiapkan Kolam
Keong sawah bisa dipelihara di dalam kolam tanah, kolam terpal, atau kolam beton. Sesuaikan ukuran kolam dengan populasi keong sawah di dalamnya. Di sini kami menggunakan kolam yang berukuran 8 x 10 m. Usahakan kontur dasar kolam dibuat landai untuk memudahkan keong sawah dalam bergerak. Berikan lapisan mika plastik di sekeliling pinggiran kolam untuk mencegah tutut kabur.
Jangan lupa untuk melengkapi kolam tersebut dengan saluran pemasukan dan pembuangan air. Isilah kolam dengan air bersih hingga tingginya mencapai 50-100 cm. Pastikan air di dalam kolam selalu dalam kondisi mengalir. Tambahkan beberapa batang kayu atau bambu sebagai panjatan keong sawah.
Tahap 2. Memilih Indukan
Di habitat alaminya, keong sawah hidup rukun dengan keong mas. Jika niat awal Anda adalah ingin membudidayakan keong sawah, maka semua indukan yang diambil harus berjenis keong sawah. Indukan ini bisa Anda dapatkan secara cuma-cuma di sawah.
Anda bisa menangkapnya langsung dengan tangan karena tutut sama sekali tidak menggigit. Usahakan pilih indukan yang sudah berukuran cukup besar sehingga cepat menghasilkan telur. Rendam indukan keong sawah ini di ember berisi air selama semalaman untuk membersihkan tubuhnya.
Tahap 3. Merilis Indukan
Sebelum perilisan indukan dilaksanakan, ada baiknya Anda mengecek sekali lagi kondisi kolam pemeliharaan. Pastikan air di dalam kolam tersebut mengalir lancar karena tutut akan sangat menyukainya. Perilisan dilakukan dengan memasukkan indukan keong sawah ke dalam kolam. Tebarkan indukan-indukan tersebut ke seluruh sudut kolam secara merata. Untuk kolam yang berukuran 8 x 10 m, Anda bisa memasukkan indukan keong sawah sebanyak 400-500 kg.
Tahap 4. Memberikan Pakan
Pada dasarnya, keong sawah termasuk binatang yang sangat rakus. Makanan yang paling mereka sukai adalah daun-daun segar berwarna hijau yang berbentuk lebar. Contohnya antara lain daun pisang, daun kangkung, daun pepaya, daun talas, daun singkong, dan lain-lain. Makanan diberikan setiap pagi dan sore hari. Setiap satu kali pemberian makanan, Anda bisa menyiapkan pakan sebanyak 5-10 kg. Yang terpenting adalah Anda jangan kaget kalau makanan yang baru saja diberikan ini akan habis dalam tempo yang sangat cepat.
Tahap 5. Memanen Keong Sawah
Pemanenan keong sawah bisa dilakukan sejak 2-3 minggu pemeliharaan. Hal ini mengingat tingkat pertumbuhan binatang ini terhitung cepat sekali. Pemanenan dilakukan dengan menjaring keong yang ukurannya sudah sesuai dengan permintaan pasar. Khusus untuk pasar konsumsi biasanya menghendaki keong yang berukuran kurang dari 3 cm. Sedangkan keong yang memiliki cangkang berdiameter lebih dari 5 cm hendaknya tetap dipelihara sebagai indukan karena anakan yang dihasilkan akan semakin banyak.
Selamat mencoba!
Komentar
Posting Komentar